Selasa, 08 Februari 2011

Lembaran Hidup Sang Pejuang Moral

Bismillahirahmanirahiim (21/12/10)
M. Syukri Fadholi dilahirkan 59 tahun lalu di Yogyakarta, tepatnya pada tanggal 23 September 1951. Syukri kecil dibesarkan dan tinggal di keluarga yang harmonis dan agamis. Orang tuanya yang sangat ketat dalam menjalankan ajaran agama menjadikan ia tumbuh menjadi sosok yang agamis pula. Pendidikan formal beliau ditapaki pertama kali di SD Muhammadiyah Yogyakarta dan lulus pada tahun 1964. Setelah itu beliau bersekolah di SMPN 3 Yogyakarta, sebagai salah satu SMP Negeri favorit di Jogjakarta, almamater yang telah meluluskan banyak pembesar-pembesar di negeri ini. Di sekolah ini, beliau lulus pada tahun 1967. SMU Muhammadiyah I Yogyakarta atau MUHI adalah SLTA pilihannya setelah itu. Meskipun nilainya bagus dan dapat masuk ke sekolah negeri namun Syukri beriktikad memilih SMU Muhammadiyah I sebagai pijakan pendidikannya dalam ilmu umum dan ilmu agama serta kemuhammadiyahan. Pilihan ini tidak mengherankan karena Syukri muda memang dibesarkan di lingkungan Muhammadiyah. Di kampung tempat tinggalnya (Suronatan), dapat dikatakan bukanlah orang Islam kalau tidak Muhammadiyah. Begitu pula di kampung Notoprajan dan Kauman, tempat kelahiran Muhammadiyah. Dan kelak, di SMU MUHI inilah, karirnya sebagai pendidik dimulai. Walaupun sebenarnya ia mulai mendidik kalangan Muhammadiyah dan umat Islam pada umumnya, sejak menjadi pengurus Masjid At-Taqwa Suronatan dan bergabung dalam staf pendidik Madrasah Diniyah At-Taqwa Suronatan, tempat pendidikan agama penulis web ini sebagai salah satu murid beliau. Tamat SMA, Syukri menempuh pendidikan di Fakultas Hukum UII dan lulus pada tahun 1976. Sebagaimana kita ketahui bersama, institusi inilah juga banyak dilahirkan pembesar-pembesar negara, seperti Dr. Busyro Muqoddas, M.Hum (Ketua KPK dan mantan Ketua Komisi Yudisial RI) dan Prof. Dr. Machfud MD (Ketua Mahkamah Konstitusi RI). Kemudian pendidikan Syukri berlanjut di pendidikan Notariat Fakultas Hukum UGM Yogyakarta.
Syukri yang dari dulu menempati rumah di Suronatan NG II/865 Kelurahan Notoprajan, Kecamatan Ngampilan Yogyakarta, pada awalnya memang berprofesi sebagai advokat/ pengacara di bilangan DIY. Namun kariernya di pendidikan, organisasi sosial kemasyarakatan dan politik lebih menonjol. Beliau pernah bekerja di Pembina Kesejahteraan Anak dan Keluarga (PKAK) dibawah foster parent plan, sebuah NGO dunia yang membantu kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Atas ajakan HM. Kastolani, ia pun bergabung di sana, sekaligus sebagai Guru di SMU Muhammadiyah I (almamaternya dulu). Pada saat HM. Kastolani menjadi Kepala Sekolah MUHI, Pak Syukri pun menjadi wakil kepala sekolah. Pak Syukri pun juga menjadi staf pengajar di Fakultas Hukum UMY bahkan pernah menduduki jabatan sebagai Fakultas Hukum UMY. Dan karena keaktifannya di dunia politik, khususnya di Partai Persatuan Pembangunan (PPP) maka ia beberapa periode dia mengemban amanah sebagai wakil rakyat, baik di DPRD Kota Yogyakarta maupun DPRD Provinsi DIY. Pada saat beliau mengemban amanah di DPRD Kota Yogyakarta, beliau dipercaya sebagai Wakil Ketua DPRD Yogyakarta. Sedangkan di DPRD Provinsi DIY, beliau pernah menjabat sebagai Ketua Fraksi DPRD Provinsi. Namun jabatan itu tidak lama beliau emban karena dipercaya untuk menjadi Wakil Walikota Yogyakarta (2001-2006) mendampingi Herry Zudianto, meski akhirnya harus berpisah karena pencalonan yang kali kedua. Saat ini profesi beliau yang terpenting adalah mengurus kepentingan ummat, yaitu sebagai da'i Muhammadiyah yang mengisi banyak pengajian dan seminar di Jogja dan luar Jogja.
Pak Syukri yang tidak pernah diam dan selalu beraktivitas untuk kepentingan ummat karena memang dia adalah aktivis di beberapa organisasi antaranya, Ketua BPK Pimpinan Derah Muhammadiyah Yogyakarta, Ketua Alumni SMA Muhammadiyah I Yogyakarta, Ketua Yayasan Alumni SMA Muhammadiyah I Yogyakarta (bersama seniornya, HM. Kastolani), Ketua Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Ketua DPC PPP Kota Yogyakarta beberapa periode, Ketua DPW PPP DIY, Ketua Wilayah Pemuda Muhammadiyah DIY, Ketua Badan Narkotika Kota Yogyakarta (BNK), Ketua Persaudaraan Setia Hati DIY, Ketua Pembina Yayasan ELDATA, Ketua YPPU DIY, Pimpinan Muhammadiyah Wilayah DIY dan beberapa kepengurusan lainnya. Wuih...seabreg aktivitas yang memeras tenaga, pemikiran, waktu dan sumber daya lainnya. Semuanya dilakoninya karena niata ibadah kepada Allah SWT dan untuk kesejahteraan/ kemajuan ummat. Penulis turut berbangga, siapa sih yang meragukan keikhlasan beliau memperjuangkan ummat? Butuh data dan bukti....I'll show you later, guys!
Meski secara postur Allah SWT mengkaruniakan tubuh yang ideal dan kekar kepada Pak Syukri, tak berarti beliau terlalu maskulin. Bahkan feminimitasnya sering mendominasi dalam perilaku beliau keseharian. Feminimitas itu tidak berarti beliau 'kecewek-cewekan' tetapi jiwa kasih sayang, kelembutan dan kecintaan terhadap agama dan ummat selalu mendominasi pemikiran dan perilakunya. Dengan postur tubuh yang gagah dan tampan, tentunya Anda tidak akan mengira bahwa usianya jauh lebih tua daripada penampilannya. Disisi lain, feminimitasnya ini tidak terkecuali ia wujudkan dalam kasih sayang kepada keluarganya. Mendapatkan isteri seperti Hj. Djamilah Busyairoh, SE merupakan karunia Allah SWT kepada beliau. Srikandi ini mampu mendampingi beliau dalam kondisi apapun. Inilah gambaran isteri yang sholikhah. Putra-putrinya pun tumbuh dalam perkembangan keluarga yang harmonis, Dyla Nur Aamany dan Khulqi Rasyid.
Semoga Allah SWT meridloi lembaran hidup Sang Pejuang Moral untuk terus menegakkan akhlaqul karimah di bumi Allah ini. Amin ya rabbal 'alamiin. Dari Jogja kebangkitan moral pemimpin, kita kibarkan!!! (Bagus Kastolani - Web admin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar